Minggu, 08 Mei 2011

Bahasa jawa surabaya

Dialek Surabaya atau lebih sering dikenal sebagai bahasa Suroboyoan adalah sebuah dialek bahasa Jawa yang dituturkan di Surabaya dan sekitarnya. Dialek ini berkembang dan digunakan oleh sebagian masyarakat Surabaya dan sekitarnya. Secara struktural bahasa, bahasa Suroboyoan dapat dikatakan sebagai bahasa paling kasar. Meskipun demikian, bahasa dengan tingkatan yang lebih halus masih dipakai oleh beberapa orang Surabaya, sebagai bentuk penghormatan atas orang lain. Namun demikian penggunaan bahasa Jawa halus (madya sampai krama) di kalangan orang-orang Surabaya kebanyakan tidaklah sehalus di Jawa Tengah terutama Yogyakarta dan Surakarta dengan banyak mencampurkan kata sehari-hari yang lebih kasar.


PENGGUNAAN

Batas wilayah penggunaan dialek Suroboyoan diperkirakan sampai wilayah:
  • Wilayah Selatan
    • Perak (Kab. Jombang - bukan Tanjung Perak di Surabaya).
      Wilayah Perak Utara masih menggunakan Dialek Surabaya, sementara Perak Selatan telah menggunakan Dialek Kulonan.


  • Wilayah Utara
    • Madura
      Beberapa orang Madura dapat menggunakan Dialek ini secara aktif.

    • Barat
      Wilayah Gresik


    • Timur
      Belum diketahui secara pasti, namun di sepanjang pesisir tengah Jawa Timur (Pasuruan, Probolinggo sampai Banyuwangi) Dialek ini juga banyak digunakan.


Akhir-akhir ini, banyak media lokal yang menggunakan dialek Surabaya sebagai bahasa pengantar mereka.
Orang Surabaya lebih sering menggunakan partikel "rek" sebagai ciri khas mereka. Partikel ini berasal dari kata "arek", yang dalam dialek Surabaya menggantikan kata "bocah" (anak) dalam bahasa Jawa standar. Partikel lain adalah "seh" (e dibaca seperti e dalam kata edan), yang dlam bahasa Indonesia setara dengan partikel "sih".
Orang Surabaya juga sering mengucapkan kata "titip" secara /tetep/, dengan i diucapkan seperti /e/ dalam kata "edan"; dan kata "tutup" secara /totop/ dengan u diucapkan seperti /o/ dalam kata "soto". Selain itu, vokal terbuka sering dibuat hambat, seperti misalnya: "kaya" (=seperti) lebih banyak diucapkan /k@y@?/ daripada /k@y@/, kata "isa" (=bisa) sering diucapkan /is@?/ daripada /is@/.


KOSA KATA

Beberapa kosa kata khas Suroboyoan:
  • "Pongor, Gibeng, Santap, Waso (istilah untuk Pukul atau Hantam);
  • "kathuken" berarti "kedinginan" (bahasa Jawa standar: kademen);
  • "gurung" berarti "belum" (bahasa Jawa standar: durung);
  • "gudhuk" berarti "bukan" (bahasa Jawa standar: dudu);
  • "deleh" berarti "taruh/letak" (delehen=letakkan) (bahasa Jawa standar: dekek);
  • "kek" berarti "beri" (kek'ono=berilah) (bahasa Jawa standar: wenehi);
  • "ae" berarti "saja" (bahasa Jawa standar: wae);
  • "gak" berarti "tidak" (bahasa Jawa standar: ora);
  • "arek" berarti "anak" (bahasa Jawa standar: bocah);
  • "kate/kape" berarti "akan" (bahasa Jawa standar: arep);
  • "lapo" berarti "sedang apa" atau "ngapain" (bahasa Jawa standar: ngopo);
  • "opo'o" berarti "mengapa" (bahasa Jawa standar: kenopo);
  • "soale" berarti "karena" (bahasa Jawa standar: kerono);
  • "atik" (diucapkan "atek") berarti "pakai" atau "boleh" (khusus dalam kalimat"gak atik!" yang artinya "tidak boleh");
  • "longor/peleh" berarti "tolol" (bahasa Jawa standar: goblok/ndhableg);
  • "cek" ("e" diucapkan seperti kata "sore") berarti "agar/supaya" (bahasa Jawa standar: ben/supados);
  • "gocik" berarti "takut/pengecut" (bahasa Jawa standar: jireh);
  • "mbadok" berarti "makan" (sangat kasar) (bahasa Jawa standar: mangan);
  • "ciamik soro/mantab jaya" berarti "enak luar biasa" (bahasa Jawa standar: enak pol/enak banget);
  • "rusuh" berarti "kotor" (bahasa Jawa standar: reged);
  • "gae" berarti "pakai/untuk/buat" (bahasa Jawa standar: pakai/untuk=kanggo, buat=gawe);
  • "andhok" berarti "makan di tempat selain rumah" (misal warung);
  • "cangkruk" berarti "nongkrong";
  • "babah" berarti "biar/masa bodoh";
  • "matek" berarti "mati" (bahasa Jawa standar: mati);
  • "sampek/sampik" berarti "sampai" (bahasa Jawa standar: nganti);
  • "barekan" berarti "lagipula";
  • "masiyo" berarti "walaupun";
  • "nang/nak" berarti "ke" atau terkadang juga "di" (bahasa Jawa standar: menyang);
  • "mari" berarti "selesai";(bahasa Jawa standar: rampung); acapkali dituturkan sebagai kesatuan dalam pertanyaan "wis mari tah?" yang berarti "sudah selesai kah?" Pengertian ini sangat berbeda dengan "mari" dalam Bahasa Jawa Standar. Selain petutur Dialek Suroboyoan, "mari" berarti "sembuh"
  • "mene" berarti "besok" (bahasa Jawa standar: sesuk);
  • "maeng" berarti tadi.
  • "koen" (diucapkan "kon") berarti "kamu" (bahasa Jawa standar: kowe). Kadangkala sebagai pengganti "koen", kata "awakmu" juga digunakan. Misalnya "awakmu wis mangan ta?" (Kamu sudah makan kah?") Dalam bahasa Jawa standar, awakmu berarti "badanmu" (awak = badan)
  • "lading" berarti "pisau" (bahasa Jawa standar: peso);
  • "lugur" berarti "jatuh" (bahasa Jawa standar: tiba);
  • "dhukur" berarti "tinggi" (bahasa Jawa standar: dhuwur);
  • "thithik" berarti "sedikit" (bahasa Jawa standar: sithik);
  • "temen" berarti "sangat" (bahasa Jawa standar: banget);
  • "pancet" berarti "tetap sama" ((bahasa Jawa standar: tetep);
  • "iwak" berarti "lauk" (bahasa Jawa standar: lawuh, "iwak" yang dimaksud disini adalah lauk-pauk pendamping nasi ketika makan, "mangan karo iwak tempe", artinya Makan dengan lauk tempe, dan bukanlah ikan (iwak) yang berbentuk seperti tempe);
  • "engkuk" (u diucapkan o) berarti "nanti" (bahasa Jawa standar: mengko);
  • "ndhek" berarti "di" (bahasa Jawa standar: "ing" atau "ning"; dalam bahasa Jawa standar, kata "ndhek" digunakan untuk makna "pada waktu tadi", seperti dalam kata "ndhek esuk" (=tadi pagi),"ndhek wingi" (=kemarin));
  • "nontok" lebih banyak dipakai daripada "nonton";
  • "yok opo" (diucapkan /y@?@p@/) berarti "bagaimana" (bahasa Jawa standar: "piye" atau *"kepiye"; sebenarnya kata "yok opo" berasal dari kata "kaya apa" yang dalam bahasa Jawa standar berarti "seperti apa")
  • "peno"/sampeyan (diucapkan pe n@; samp[e]yan dengan huruf e seperti pengucapan kata meja) artinya kamu
  • "jancuk" ialah kata kurang ajar yang sering dipakai seperti "fuck" dalam bahasa Inggris; merupakan singkatan dari bentuk pasif "diancuk"; variasi yang lebih kasar ialah "mbokmu goblok"; oleh anak muda sering dipakai sebagai bumbu percakapan marah
  • "waras" ialah sembuh dari sakit (dlm bahasa jawa tengah sembuh dari penyakit jiwa)
  • "embong" ialah jalan besar / jalan raya
  • "nyelang" arinya pinjam sesuatu
  • "parek/carek" artinya dekat
  • "ndingkik" artinya mengintip
  • "semlohe" artinya sexy (khusus untuk perempuan)
"jancuk" dari kata 'dancuk' dan turunan dari 'diancuk' dan turunan dari 'diencuk' yg artinya 'disetubuhi' ('dientot' bahasa betawinya) orang jawa (golongan mataraman) pada umumnya menganggap dialek suroboyoan adalah yang terkasar. tapi sebenarnya itu menujukkan sikap tegas, lugas, dan terus terang. sikap basa basi yang diagung-agungkan wong jawa, tidak berlaku dalam kehidupan arek suroboyo. misalnya dalam berbicara, wong jawa menekankan tdak boleh memandang mata lawan bicara yang lebih tua atau yang dituakan atau pemimpin, karena dianggap tdak sopan. Tapi dalam budaya arek suroboyo,itu tanda bahwa orang tersebut sejatinya pengecut, karena tidak berani memandang mata lawan bicara. Tapi kata jancuk juga dapat diartikan sebagai tanda persahabatan, arek-arek suroboyo kalo lama tidak bertemu dengan sahabatnya jika ketemu pasti ada kata jancuknya terucap contoh: "jancuk piye khabare rek suwi gak ketemu", jancuk juga merupakan tanda seberapa dekatnya arek suroboyo dengan temannya dengan tanda apabila ketika kata jancuk diucapkan obrolan semakin hangat. contoh: "yo gak ngunu cuk critane matamua mosok mbalon gak mbayar".
Selain itu, sering pula ada kebiasaan di kalangan penutur dialek Surabaya, dalam mengekspresikan kata 'sangat', mereka menggunakan penekanan pada kata dasarnya tanpa menambahkan kata sangat (bangat atau temen), misalnya "sangat panas" sering diucapkan "puanas", "sangat pedas" diucapkan "puedhes", "sangat enak" diucapkan "suedhep" dsb.
  • Hawane puanas (udaranya panas sekali)
  • Sambele iku puedhes (sambal itu pedas sekali)
Selain itu. salah satu ciri lain dari bahasa Jawa dialek Surabaya, dalam memberikan perintah menggunakan kata kerja, kata yang bersangkutan direkatkan dengan akhiran -no. Dalam bahasa Jawa standar, biasanya direkatkan akhiran -ke
  • "Uripno (Jawa standar: urip-ke) lampune!" (Hidupkan lampunya!)
  • "Tukokno (Jawa standar: tukok-ke) kopi sakbungkus!" (Belikan kopi sebungkus!) 

      PERBEDAAN

      Perbedaan antara bahasa Jawa standar dengan bahasa Jawa Surabaya tampak sangat jelas berbeda dalam beberapa kalimat dan ekspresi seperti berikut :
      • Bahasa Jawa Surabaya : He yo'opo kabare rek?
      • Bahasa Jawa standar  : Piye kabare cah?
      • Bahasa Indonesia  : Apa kabar kawan?

        • Bahasa Jawa Surabaya : Rek, koen gak mangan a?
        • Bahasa Jawa standar  : Cah, kowe ra podho maem to?
        • Bahasa Indonesia  : Kalian tidak makan?

        • Bahasa Jawa Surabaya : Ton(nama orang), celukno Ida(nama orang) po'o
        • Bahasa Jawa standar  : Ton, undangke Ida
        • Bahasa Indonesia  : Ton, panggilkan Ida dong
        •  
           
          LOGAT DOUDOAN

          Logat Doudoan merupakan sempalan dari Dialek Surabaya, yang seperti pada logat Bawean merupakan akulturasi dari beberapa bahasa. Ditengarai logat Doudoan ini dipengaruhi selain Dialek Surabaya juga oleh Dialek Pantura Jawa Timur, Dialek Madura, dan lain-lain.
          Beberapa kosakata yang membedakan dari Dialek Surabaya:
          • pangot atau ongot alih-alih kata lading yang berarti pisau (ditengarai berasal dari Dialek Pantura Jawa Timur)
          • kèpiyé atau piyé alih-alih kata yaapa atau kěkapa yang berarti bagaimana (dari Bahasa Jawa standar)
          • thethek alih-alih kata mentor yang berarti kacang mete
          dan sebagainya
          Kemudian, ada beberapa kata dalam bahasa Jawa (baik Dialek Surabaya maupun Bahasa Jawa standar) yang diucapkan berbeda, antara lain:
          • Penggunaan suku kata berakhiran -ěh dan -oh menggantikan -ih dan -uh. Contoh: putih menjadi putěh, uruh (busa) menjadi uroh, dsb.
          • Penggunaan i jejeg dan u jejeg pada beberapa suku kata yang harusnya dibaca i miring dan u miring. Contoh: cilik (kecil) menjadi ciliyk, kisut (keriput) menjadi kisuwt, dsb.
          Namun sebagian besar kosakata logat ini hampir sama dengan Dialek Surabaya sehingga dapat dimasukkan ke dalam golongan Dialek Surabaya.

            Kamus Dialek Suroboyo

            Maaf maaf maaf. Ini baru ketemu file kamus saya yang tersimpan sejak lama sekali. Terima kasih buat respon yang masuk. Memang kamus ini belum selesai, masih proses, tapi ketimbang harus nunggu selesai, yaa langsung dipublish saja. Inilah enaknya media online. Tetapi, saya pikir-pikir, menyusun (semacam) kamus dialek Suroboyo ini lebih baik bukan dengan cara abjad, melainkan langsung dengan contoh satu kata dan sejumlah kata lain yang mirip-mirip artinya. Seperti kata Ujang teman saya itu, dia tanya: Apa bedanya Ngeluyur, Ngelayap, mBlayang, mBlakrak, Kloyongan, Idher, mBlusuk, ngLencer, Kluthusan, dlll… Nah akeh kaaan. Wis talah, sementara iki terimoen ae sik rek. Engkuk tak susulno dengan versi seperti yang ditanyakan Ujang itu. Suwun yo Cak.
            KAMUS DIALEK SURABAYA
            A.
            Ambèn. Bayang. Ranjang dari bambu atau kayu.
            Ambèk, Barèk. Dengan
            Ambu. Bau.
            Ambung. Cium
            Amblêg. Longsor
            Ancèn. Memang.
            Andhok. Makan/ minum di warung/ restoran
            Antarané. Kira-kira begitulah
            Apês. Sial
            Arèk. Anak, anak muda.
            B.
            Bablas. Langsung pergi begitu saja.
            mBanyol. Melawak, melucu.
            mBanyaki, Mèmèti, Umêk, Usrêk. Tidak bisa diam
            mBambung. Menggelandang
            Barèk. Dengan, Bersama dengan
            mBathang. Dibiarkan menganggur, sia-sia, bosan menunggu.
            mBêcong, Mêcucu. Cemberut
            mBêdunduk. Muncul, mencuat ke atas.
            Bêkasakan. Kurang ajar, tak tahu sopan santun.
            Bêrak-bêrok. Berteriak mengganggu.
            Bèsèr. Berulangkali buang air.
            Bibik. Bibi
            mBidêg, Njêgidêg. Membisu
            mBulêt. Ruwet, berbelit-belit
            Blakkotang. Terus terang. Blak-blakan
            mBlakrak, Ngloyong, Ngêluthus. Pergi tanpa tujuan yang berguna.
            mBlarah. Berkembang tidak karuan
            Blatèr. Ramah, mempesona, menarik hati.
            mBlênêk. Muak, bosan yang berlebihan.
            Blêjêt, Mudo Blêjêt. Telanjang bulat.
            mBrasak. Menerobos.
            mBrosot. Menerobos (misalnya menerobos pagar)
            mBuncit. Terakhir.
            C.
            Cak, Cacak. Kakak (arti sebenarnya), panggilan untuk orang laki-laki
            Cangkêm. Congor. Mulut
            Cawuk. Nyawuk. Menyendok dengan seluruh jari tangan.
            Cêkikik. Suara tertawa yang ditahan
            Cêlathu. Maki-maki
            Cêngkal, Pêngku. Sulit diberi pengertian.
            Cèwok. Cebok
            Cèmot. Mulutnya belepotan sisa makanan.
            Cingkrang. Pendek (celana yang tidak menutupi kaki sampai ujung)
            Cingur. Hidung (biasanya untuk hewan)
            Clomètan. Asal komentar
            Cluthak, Nglamak. Kurang ajar, tidak tahu aturan.
            Congok. Bloon, seperti idiot.
            Cotho. Sia-sia, percuma.
            Cuthêl. Sudah tidak mampu menerima penjelasan lagi. Bodoh
            Cwawak. Suaranya keras sekali.
            D.
            nDhêdhês. (Bertanya) menyelidik
            nDèlèh. Meletakkan
            nDêlok. Melihat
            nDêmèk. Menyentuh
            Dhèrèk. Sêdhèrèk. Saudara
            nDhoprok. (kasar) Duduk berjongkok
            nDingkik. Mengintai
            Dingklang, Pincang. Cacat satu kaki, sehingga jalan tidak bisa tegak.
            Dilêp. Menstruasi hari pertama
            nDhorak. Menangis
            nDlêming. Bicara pelan seperti membaca mantra
            nDlèwèr. Sembrono, tidak waspada, seenaknya.
            nDlosor. Terjerembab
            Dobol. Anus Jebol, jenis makian.
            nDowèh. nDomblè. Kedua dibir yang selalu terbuka, sulit mengatup (kebiasaan)
            Dugang, Sadhuk, nJêjêk. Menendang
            nDrênginging. Suaranya berdenging
            E.
            Èkèr. Bertengkar.
            Èkèr-èkèr.Mencari sesuatu di reruntuhan
            Èman. Sayang
            Êmbuh, Mbuh. Tidak (mau) tahu.
            Émbuh. (Minta) tambah.
            Èndah-èndah. Lèyèh-lèyèh. Bersantai
            Entas. Dientas, diangkat dari dalam air.
            Ènthos. Mampu melakukan sesuatu (sindiran bernada melecehkan). Gak Enthos.
            F.
            G.
            Gaplèk. Nggaplèki. Singkong yang dikeringkan (Arti sebenarnya). Menjengkelkan.
            Gasruk, Gasak. Serang, pukul.
            Gatêl. Gatal. Kiasan untuk perempuan genit.
            Gathèl. Makian kotor.
            ngGêblak. Jatuh ke belakang, jatuh sakit.
            Gêdibal. Manusia yang tidak berharga
            Gêmbèng. Suka menangis, cengeng.
            Gêmontang. Suara yang menggelegar, menguasai ruangan
            Getham-gêthêm. Gethem. Gregetan.
            Gibêng, Kaplok. Tempeleng
            Gico, Gaco. Mankot, andalan, yang dijagokan.
            Gidhal. Kotoran gigi, biasanya untuk makian.
            Gimbal. Kusut (untuk rambut)
            Glangsaran. (Biasanya untuk pakaian) Dikenakan untuk keperluan sehari-hari, di rumah.
            Goblok. Bodoh
            Gobyos. Keringat mengalir deras
            Gocik. Penakut
            Gogrok, Logrok. Rontok
            Goroh. Tipu, menipu.
            Gothang. Tidak lengkap (hanya satu sisi).
            ngGondhok. Medongkol
            ngGragas. Rakus
            Grawuk. Krawuk. Mencakar
            H.
            Horêg. Bergerak akibat gempa (bisa berarti kiasan)
            I.
            Indêhoy. Sir-siran. Pacaran
            Itil. Clitoris. Kelentit
            J.
            Jadhungan. Sedang asyik berbicara, bercengkerama.
            Jancuk. Makian umum (maknanya kasar namun juga akrab)
            Jangkrik. Makian umum (untuk menghaluskan Jancuk)
            nJarag. Membuat gara-gara.
            nJêbobok. Melebar dan besar. (Kupinge njebobok)
            Jêbus. Gak onok jebuse. Tidak jelas kelanjutannya.
            nJêdhir. Bengkak. Lambene njedhir. Bibir bengkak akibat benturan
            nJêgot. Marah dengan berdiam diri, medongkol disertai kemarahan yang terpendam.
            nJêglak. Makan (ungkapan kasar)
            nJêkèthèk, nDilalah. Tahu-tahu, tiba-tiba, ternyata jawabannya tidak diduga sebelumnya.
            Jêmbuk. Nol, kosong.
            Jèmbrèt. Kondisi yang belepotan.
            nJêngking. Menungging
            nJiat. Meminta dengan memaksa agar dituruti kehendaknya.
            Jibrat. Terciprat. Jibrat pulute, kena getahnya
            Jlèntrèhno. Menerangkan sampai detil
            Jithok. Leher bagian belakang. Kudhuk.
            nJogrok. Tiba-tiba berada (di suatu tempat)
            Jongor. Keadaan yang mengenaskan (akibat jatuh kecelakaan).
            Jothak, Siwak, Gak Wawuh. Tidak disapa, berseteru dengan orang lain.
            Jrongkok, Jrongkokno. Didorong hingga jatuh.
            K.
            Kacrok, Kacrêk. Kapok, pernah dikecewakan.
            Kamisosolèn. Bicara tergesa-gesa sampai keliru mengucapkan.
            Kancrit. Tertinggal.
            Kaplok, Gibêng. Tempeleng
            Karak. Nasi yang kering
            Kasèp. Terlambat untuk menjalani.
            Kathik. Dengan, Gak Kathik. Tidak mau menyertakan
            Katog. Sudah puas
            Katok. Terlihat
            Kathok. Celana pendek
            Katut. Tidak sengaja terbawa. Tergoda orang (lawan jenis) lain
            Kaspo. Omong kosong, membual.
            Kayal-kayal. Bergerak meronta-ronta di lantai akibat kesakitan.
            Kawak. Lama, usang.
            Kawus. Hilang tanpa bekas
            Kêbacut. Terlanjur. Sudah diluar batas.
            Kebimbang, Kepincut. Merasa senang dengan orang lain (lawan jenis)
            Kêcênthok. Pernah dikecewakan
            Kêdonyan. Materialistis.
            Kêloyong. Pergi yang tak jelas tujuannya.
            Kêmaruk. Serakah, rakus.
            Kêmatus, Ngênês. Merana
            Kêmayu, Nganyèng. Genit
            Kèmlothak. Suara seperti benda-benda keras bertumbukan.
            Kèmrosak. Suara berisik seperti semak-semak terinjak.
            Kêplênyok. Tertipu.
            Kêponthal-ponthal. Tertinggal langkah.
            Kêprucut. Tidak sengaja terlepas bicara
            Kètok. Terlihat
            Kêthok. Potong
            Kêtimpal-kêtimpul, Kampul-kampul. Mengambang di air.
            Kêtlikuran. Gak ketlikuran, tidak terurus, lupa melayani.
            Kêtronyok. Tertipu
            Kinthil. Selalu mengikuti kemanapun pergi
            Kitir. Tanda bukti pembayaran rekening
            Kiwir-kiwir. Kondisi hampir putus. Pacar dari pelacur (arti kiasan)
            Klèmprak, Klèmprakno. Digeletakkan begitu saja.
            Kliwar-kliwèr, Riwa-riwi. Berjalan kesana-kemari.
            Klombor. Longgar. Ukurannya lebih besar
            Klonèng. Montor Klonèng. Mobil Pemadam Kebakaran
            Kluruk. Berkokok, memamerkan kekuatan
            Kobêr. Sempat
            Koên, Kon, Pêno, Riko, nDiko. Kamu.
            Konangan. Ketahuan, kepergok
            Konthol. Penis
            Korèp. Kondisi belum mandi
            Kosro. Sembrono. Kasar.
            Kurangên. Tidak cukup, masih merasa kurang.
            Kutang. BeHa
            Korak. (KOtoran RAKyat). Preman, orang yang suka bikin ribut.
            L.
            Labrak. Mendatangi sambil marah-marah
            Lambé. Lambému. Bibir, bibirmu, (komentar terhadap omongan orang)
            Lamis. Perkataan yang manis (bernada menjilat).
            Lancang. Melampaui batas kewenangan
            Lémbung. Goyah, layang-layang putus benang.
            Lèmbèng. Genit
            Lêngêr-lêngêr. Termangu-mangu
            Lèyèh-lèyèh. Bersantai
            Longor. Bloon, bodoh.
            Lonthè. Binatang malam. Pelacur.
            M.
            Magrong-magrong. Gedong magrong-magrong. Rumah mewah yang nampak berwibawa
            Mal, Dimal. Duga, diduga, sudah diketahui lebih dulu
            Mangap. Mulutnya terbuka.
            Masiyo. Meskipun
            Matamu. (Artinya sama dengan bahasa Indonesia) Digunakan untuk makian.
            Mayak. Kurang ajar.
            Mblènjani. Mengingkari (janji)
            Mêcothot. Menyembul keluar
            Mêcungul, Mbêjudul, Njêngunguk. Muncul tiba-tiba
            Mècucu, Nyaprut, mBèsungut. Cemberut
            Mêdhag. Sia-sia, tidak dipergunakan.
            Mêkungkung. Membungkuk, kondisi melengkung.
            Mèmèti, mBanyaki, Umêk, Usrêk, Srèdèk. Tidak bisa diam
            Mêngkorok. Siyak-siyak. Merinding
            Mêntas. Keluar dari dalam air. Mampu hidup dengan usaha sendiri.
            Mênthor-mênthor. Terang benderang
            Mêthangkring. Duduk di atas dahan
            Mêthingkrang. Duduk sambil mengangkat kaki
            Mêsakat. Tidak bisa diatur, tidak mau menurut, perbuatannya menentang.
            Mêngkêlung. Agak roboh, condong, membentuk garis lengkung
            Mêthantang. Telentang
            Methênthêng. Tegang
            Methunthung. Menyembul ke atas
            Mlêding. Menghadapkan pantat ke orang lain.
            Mléngsé. Meleset
            Modar. Matèk. Mati (kasar), makian.
            Muluk. Terbang (Montor Muluk, kapal terbang), Makan dengan tangan
            Munjuk. Menuju ke atas
            Mrusut, Mrucut. Terlepas dari pegangan
            N.
            Ndhas. Endhas. Kepala
            Ngacêng. Ereksi
            Ngalêm. Manja.
            Nganyèng, Kêmayu. Genit.
            Ngambul. Mutung sambil cemberut, berontak.
            Ngaplo. Kecewa karena tidak mendapat apa-apa.
            Ngaprêt. Pas badan (untuk pakaian)
            Ngêncuk. Bersetubuh
            Ngèndhangi. Menjenguk
            Ngênês, Kêmatus. Merana
            Ngèsot. Bersimpuh
            Nggêdabrus. Membual
            Nglamak, Cluthak. Kurang ajar, tidak tahu aturan.
            Nglèmpoh. Nglèsot. Sikap duduk semecam bersila di lantai
            Nglokro. Lemas, tidak bergairah
            Ngluruk. Mendatangi untuk menyerang.
            Ngowos, Ngèwès. Bocor, keluar anginnya. Bicara menyombongkan diri (cenderung menipu).
            Ngrêmêt. Meremas
            Ngrêmpayak. Menjalar, rimbun
            Nguntal. Menelan makanan (kasar), makian.
            Ngutil. Mencuri kecil-kecilan di toko
            Ning. Kakak perempuan (arti sebenarnya), panggilan untuk orang perempuan.
            Njarêm. Sakit tak terkira
            Njêngunguk. mBejudhul. Muncul tiba-tiba
            Nrithil. Sedikit-sedikit tapi terus menerus
            Nyangap. Rakus, mulut maunya terbuka terus.
            Nyaprut. Cemberut
            Nyathèk. Mengigit (untuk binatang, arti sebenarnya), Bicara tanpa diminta, menyela pembicaraan orang lain yang terkesan kurang sopan atau tidak dikehendaki.
            Nyêlinthung. Tahu-tahu menghilang dari kerumunan.
            Nyêmpluk, Têmbêm. Berisi (untuk pipi)
            Nyêmplung. Tercebur, sudah terlanjur.
            Nyêmoni. Menyindir dengan pembicaraan di depan yang bersangkutan
            Nyêngunguk. Menengok sebentar suatu keadaan
            Nyocot, Nyrèpèt, Nyècrèt. Mengomel terus, bicara tanpa diminta.
            Nyuduk. Menusuk
            O.
            Ongkêp. Sumuk. Hawa panas terasa di badan.
            Opèn. Teliti, rajin.
            Oré-oré. Rambut terurai
            P.
            Pancêt. Tetap
            Pathèk. Penyakit gatal (frambosia). Gak Pathèkên. Ungkapan sombong untuk diri sendiri, tidak butuh orang lain.
            Pathak. Pathakmu. Kepala. (kata makian)
            Pêngku. Sulit diberi pengertian, suka melawan.
            Playon. Lari-lari
            Plêsir, Pêlêsir. Rekreasi
            Q.
            R.
            Ragangan. Kerangka
            Ramut, rumat. Rawat, pelihara
            Rasan-rasan. Membicarakan seseorang secara tersembunyi
            Rèkodoyo. Rekayasa
            Rêkoso. Hidup susah
            Rêpot. Lapor
            Riwa-riwi. Bolak-balik
            Rudopêkso. Diperkosa
            S.
            Saklèbatan. Sekilas
            Sampyuh. Draw, sama-sama kalah.
            Sêmoyo. Janji
            Sêmliwir. Menjulang ke atas
            Sêmpal. Lepas dari persendian atau dahannya.
            Sêpur Lêmpung. Menunjukkan gambaran zaman kuno (Jaman Sepur Lempung)
            Sèngklèh. Hampir terlepas, hampir jatuh.
            Sir-siran, Indêhoy. Pacaran
            Situk, Siji. Satu.
            Slawir. Pating Slawir. Melambai-lambai
            Sliwar-sliwêr. Berkeliaran
            Srèkalan. Maunya menang sendiri.
            T.
            Tambêng, Pêngku, nDablêg. Tidak mau menurut perintah. Tidak bisa diatur.
            Tawur. Keroyok.
            Tandang. Ditandangi. Dikerjakan
            Tandanggawe. Bekerja
            Taèk. Tahi, kotoran manusia. Biasanya untuk makian.
            Têlèk. Tahi
            Tèlèk. Cari, mencari.
            Tèmpak. Tendhang.
            Têmpik. Torok. Vagina
            Têrbêlo, Pêndoso. Keranda mayat
            Tlunyar-tlunyur. Berjalan kesana kemari tidak jelas tujuannya
            Tukaran. Bertengkar
            Tungkul. Diserang dari arah belakang.
            Tuwuk. Kenyang.
            U.
            Umêk, Usrêk, mBanyaki. Tak bisa diam.
            Umak-umik. Bibir bergerak-gerak seperti bicara namun tidak terdengar.
            Urup, Tukar, Ijol. Tukar (uang atau benda) dengan yang lain.
            V.
            W.
            Wadan, Diwadani. Julukan, diolok-olok.
            Wadhuk, Wêtêng. Perut (kasar)
            Wadul. Mengadu
            Warèg. Kenyang.
            Wurung. Batal
            X.
            Y.
            Z.